Minyak Jelantah Picu Kanker

Gooo | 1:50 PM | 0 comments

Masyarakat selama ini hanya mengenal bahaya formalin yang dicampur ke dalam bahan makanan sebagai pengawet. Padahal minyak jelantah, bahayanya tidak kalah dengan formalin karena sama-sama menyebabkan kanker pada manusia.

Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang telah dipakai berulang kali. Warnanya tidak jernih lagi, bisa kecoklatan. Minyak jenis ini mudah untuk dikenali, karena warnanya lebih hitam dibandingkan minyak goreng yang baru dipakai 1-2 kali.

Masyarakat cenderung memakai kembali minyak jelantah untuk menggoreng atau memasak demi penghematan, tanpa mempertimbangkan risiko bagi kesehatan seperti kerongkongan gatal atau serak dan lebih berbahaya lagi bisa memicu kanker. Berdasarkan hasil penelitian, minyak jelantah mengandung gugusan benzena yang bisa menyebabkan munculnya kanker. Senyawa ini mengandung dioksin yang masak melalui sel-sel tubuh.

Sebenarnya minyak goreng bekas sudah tak layak dipakai untuk menggoreng jika sudah 3-4 kali digunakan. Namun, karena harganya cukup mahal, para pedagang menggunakan lagi untuk menggoreng makanan cemilan seperti kerupuk.

Menurut Wahyu Hadi Prasetyo, Kepala Instalasi Gizi RSUD Ulin Banjarmasin, minyak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan menurun karena terjadi hidrolisis molekul minyak untuk menghambat terjadinya hidrolisis. “ketika senyawa dioksin ini masuk ke dalam tubuh seseorang, sistem reproduksi sel tubuh bakal terganggu. Ujung-ujungnya, dapat menimbulkan penyakit kanker,” kata Wahyu.

Minyak yang sudah rusak akibat pemakaian yang berulang pada suhu tinggi dapat menyebabkan gejala karsinogenik dan berbagai penyakit seperti diare dan ateroklerosis. Gejala keracunan itu dapat diamati melalui terjadinya iritasi saluran pencernaan, pembengkakan organ tubuh, terhambatnya pertumbuhan dan terjadinya kematian.

Bahan dasar minyak goreng bermacam-macam, kelapa, sawit, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski beragam, secara kimia isi kandungannya sebetulnya tak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tak jenuh (ALTJ). Minyak kelapa mengandung 80 persen ALJ dan 20 persen ALTJ, sementara minyak Zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90 persen komposisinya adalah ALTJ.

Kalau Anda ingin menurunkan koleterol. Pilihlah minyak goreng yang mengandung ALTJ tinggi. Tetapi ceritanya jadi lain manakala minyak tersebut dimanfaatkan sebagai media penggorengan bukan minyak makan seperti bumbu salad atau bahan dasar yonaise. Jika Anda ingin merasakan manfaat maksimal bagi kesehatan dari perbedaan minyak goreng, minyak tersebut sebaiknya diminum langsung, tidak digunakan sebagai media penggorengan. Ketika dipakai menggoreng, semua minyak sama sehatnya untuk orang yang tidak sensitif terhadap asam lemak darah. Sebab, pada suhu penggorengan (200 derajat Celcius), rantai kimia minyak akan terurai. [Banjarmasin Post, 21/04/07]

Category:

About Gaya-HidupMu.Blogspot.com:
Kami mneyediakan informasi mengenai tips seputar gaya hidup modern untuk Anda

0 comments